DASAR-DASAR DISFONIA AFONIA
Hari I
Ø
Suara
Definisi dan Pengertian
-
Suara
adalah vibrasi yang merangsang sensasi pendengaran
-
Suara
bergantung pada struktur-struktur dalam laring dan udara dari paru-paru yang
menggetarkan pita suara
-
Setiap
hasil produksi laring berupa suara disebut fonasi
-
Hasil
fonasi selalu berkaitan dengan bicara, yang terbatas hanya pada bunyi-bunyi
vokal saja
Ø Perkembangan Saluran Bicara
Pengertian bicara :
-
Bicara
adalah perilaku manusia yang paling rumit, ini yang membedakan manusia dari
semua hewan lainnya
-
Bicara
merupakan hasil dari proses pendewasaan sejak kelahiran menjadi anak-anak
sampai masa remaja dan masa dewasa
Komponen-komponen
saluran bicara
1. Komponen subglottis (sistem trakeobronkhial dan sistem
paru)
2. Komponen glotis (pada tingkat pita suara)
3. Komponen supraglotis (hipofaring, naso faring, rongga
mulut dan rongga hidung)
Rongga mulut bayi berisi
:
1. Lidah :
-
Posisinya
jauh lebih ke depan dibandingkan orang dewasa
-
Turun
ke faring selama 4 tahun pertama setelah kelahiran
-
Pada tahap-tahap
awal biasanya besar dan pendek
2. Langit-langit keras : pendek, besar dan melengkung
3. Laring :
Lebih kecil karena
memiliki isthmus
-
Lipatan
suara panjang + 3 mm, bersifat setengah selaput dan setengah tulang
rawan
Ø Anatomi Saluran Bicara
A. Laring :
-
Laring
berbentuk limas segitiga terpancung, bagian atas lebih besar
-
Laring
terletak setinggi veterbra servikal III sampai VI
-
Batas
atas laring adalah epiglottis dan plika ariepiglottika.
Batas bawah cincin
trakea
-
Panjang
dari atas ke bawah pada orang dewasa kira-kira 4,1 - 4,4 cm, lebar 3,3 - 4,3 cm
dan panjang diameter antroposterior 2,5 - 3,3 cm
-
Bagian
yang menyangga laring terdiri dari :
1. Tulang hyoid
2. Tulang-tulang rawan : kartilago tiroid, kartilago
krikoid, kartilago aritenoid, kartilago epiglotika, kartilago kornikulata, dan
kartilago kuneiformis.
3. Otot-otot :
a. Otot-otot intrinsik
√
Adalah
otot-otot yang berperan antara membuka dan menutup rima glotis, dan mengatur
panjang, pendek serta ketegangan pita suara.
√
Masing-masing
otot perpasangan kanan dan kiri, kecuali m.interaritenoid
√
Bersifat
aduktor : m.krikoaritenoid lateral, m.tiroaritenoid, m.tiroepiglotika,
m.intraaritenoid
√
Bersifat
abduktor : m.krikoaritenoid posterior
b. Otot-otot ekstrinsik
√
Yaitu
otot-otot yang menyangga laring dan menarik laring ke atas dan ke bawah saat
menelan dan inspirasi
√
Otot-otot
yang menyangga laring ke tulang hioid dan menariknya keatas saat menelan adalah
: m.stilohioid, m.geniohioid, m.milohioid, dan m.digastrikus
√
Otot-otot
yang menarik laring ke bawah saat inspirasi adalah : m.omohioid, m.sternotiroid,
dan m.tirohioid
4. Persarafan : n.laringis superior dan n.laringis inferior
B. Fungsi laring selain produksi suara (fonasi) menurut
Jackson yang dikutip oleh L.K. Boies, adalah :
1). Protective
function (fungsi proteksi)
2). Respiratory
function (fungsi pernafasan)
3). Fixative
function (fungsi pelekatan)
4). Deglutitory
function (fungsi menelan)
5). Circulatory
function (fungsi peredaran)
6). Tussive
function (fungsi penyebab)
7). Expectonative
function (fungsi pengeluaran)
8). Emotional
function (fungsi emosi)
C. Tabel otot-otot intrinsik dan ekstrinsik laring
Tabel 1 : Intrinsic
Muscles of the Larynx
Muscle
|
Origin
|
Insertion
|
Action
|
Nerve
|
Cricothyroid
|
Anterior and lateral surfaces of arch of cricoid
cartilage
|
Caudal border of the thyroid cartilage; anterior
surface of lower cornu of thyroid cartilage
|
Draws thyroid down and forward; el evates cricoid arch;
lengthens, tenses, vocal folds
|
Cranial X (Superior laryngeal nerve)
|
Cricoarytenoids
|
|
|
|
Lateral
|
Superior borders of cricoid cartilage
|
Anterior surface of muscular process
|
Draws arytenoids forward; aids in rotating arytenoids;
tenses and adducts vocal folds
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
Posterior
|
Posterior borders of cricoid cartilage
|
Muscular process of arytenoid cartilage
|
Rotates arytenoid, abduciting vocal processes
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
Interarytenoid
|
|
|
|
|
Transverse
|
Posterior surface of aritenoid cartilage
|
Posterior surface of opposite arytenoid
|
Draws together arythenoid cartilages; adducts vocals
folds
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
Oblique
|
Base of one arythenoid cartilage at muscular process
|
Apex of the opposite arythenoid
|
Draws arythenoid cartilages together
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
Thyro-arythenoid
|
Internal and inferior surface of the angle of the
thyroid cartilage
|
Vocal process and anterior lateral surface of the base of the arythenoid cartilages
|
Draws arythenoids forward; shortens and relaxes vocal
folds
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
Vocalis (consisting of the deep fibers of
thyroarythenoid
|
Inferior surface oh the angle of thyroid cartilage
|
Vocal process of the arythenoid cartilage and vocal
ligament
|
Differentially tenses vocal folds
|
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 2 : Extrinsic
Muscles of the Larynx
Muscle
|
Origin
|
Insertion
|
Action
|
Nerve
|
Suprahyoid Muscles :
|
|
|
|
Stylohyoid
|
Styloid process of the temporal bone
|
Body of the hyoid bone
|
Elevates and drwas hyoid bone backward
|
Cranial VII
|
Digastric
|
Anterior belly arises
from internal aspect of mandible close of midline; posterior belly arises on
medial side of mastoid process of temporal bone
|
Intermediate tendon and the hyoid bone
|
Elevates hyoid; depresses mandible
|
Cranial V (Anterior belly)
Cranial VII (Posterior belly)
|
Mylohyoid
|
Mylohyoid ridge of the
mandible
|
Hyoid bone and median raphe
|
Raises and projects hyoid bone and tongue
|
Cranial V
|
Geniohyoid
|
Internal surface of
mandible at the inferior mental spine
|
Anterior surface of
the hyoid bone
|
Draws tongue and hyoid bone forward
|
Cranial XII
|
Infrahyoid Muscles :
|
|
|
|
Sternohyoid
|
Medial extrmity of the
clavicle; superior and posterior portion of the sternum; sternoclavicular
ligament
|
Body of the hyoid bone inferior surface
|
Depresses hyoid bone
|
Cranial XII
|
Sternothyroid
|
Superior and posterior
portion of sternum and first costal cartilage
|
Oblique line of thyroid cartilage
|
Depresses thyroid cartilage
|
Cranial XII
|
Thyrohyoid
|
Oblique line of the
thyroid cartilage
|
Body and greater cornu of hyoid bone
|
Dpresses hyoid bone or elevates larynx
|
Cranial XII
|
Omohyoid
|
Superior margin of
scapula
|
Inferior border of the body of the hyoid bone
|
Depresses and retracts hyoid bone
|
Cranial XII
|
D. Lidah
-
Lidah
penting untuk produksi vokal, sebagai alat bicara utama, alat perasa dan alat
menelan
-
Dipersarafi
oleh saraf ke XII
-
Otot-otot
lidah :
1. Otot-otot ekstrinsik, berfungsi atas gerakan di dalam
rongga mulut :
a. Otot stiglosus
b. Otot genioglosus
c. Otot hioglosus
2. Otot-otot intrinsik, yang memberi bentuk lidah :
a. Otot vertikal
Origo :
permukaan lidah dekat sisi ujung
Insersio :
permukaan bawah lidah
Fungsi :
melebarkan dan mendatarkan ujung lidah
b. Otot transversal
Origo :
bagian tengah septum lidah
Insersio : sisi
mukosa lidah
Fungsi : memperpanjang, memendek, mempertebal lidah dan
mengangkat kedua sisinya
c. Otot longitudinal superior
Origo : septum
lidah pada submukosa dekat epiglotis
Insersio : sisi
lidah
Fungsi : memperlebar, mempertebal, memperpendek lidah,
dan menaikan ujung lidah, lidah dan membentuk bagian dosum menjadi konkaf
d. Otot longitudinal inferior
Origo : tulang
hyoid dan permukaan inferior dasar lidah
Insersio : bagian
apex lidah
Fungsi : melebarkan, memendekkan dan memberi bentuk
konkaf dan mendepresi ujung lidah
Ø Fisiologi Proses Wicara
1. Suara manusia bersumber dari interaksi antara otot paru-paru, diafragma,
pernafasan, laring, tenggorokan, otot leher, bibir, rongga hidung,
langit-langit.
-
Fungsi utama dari
komponen glotik dan supraglotik : pernafasan, fonasi, artikulasi, dan menelan. Komponen
infraglotis sebagai sistem pernafasan
-
Proses bicara merupakan
serangkaian bunyi oral yang disusun sehingga membentuk arti, melibatkan
pendengaran dan pembicara.
-
Lapoliwa 1988, Marsono
1988, Hendarmin H, 1994 :
Terjadinya bicara diawali dengan mengalirnya udara ekspirasi melalui celah
antara pita suara dan menggetarkannya, kemudian dengan proses resonansi dan
artikulasi, terbentuklah berbagai simbol suara.
-
Ladefoged 1982, Lapoliwa
1988, Fletcher 1992, Alwi 1993 : Simbol suara menghasilkan kata-kata yang
mempunyai pengertian tertentu.
-
Proses bicara merupakan
fenomena fisiologis yang komplek, merupakan hasil berbagai organ tubuh.
2. Sistem Pernafasan
-
Terdiri paru kiri, paru
kanan, trakhea dan saluran bronkhia.
-
Inspirasi : rongga dada
dan jaringan paru membesar, sehingga tekanan dalam paru lebih rendah dari
tekanan udara luar.
-
Ekspirasi : rongga dada menyempit
dan jaringan paru mengempes, sehingga udara dalam paru lebih besar dari tekanan
luar.
-
Normal : frekuensi
pernapasan 10-20 kali per menit, dengan waktu inspirasi : ekspirasi 1 : 1.
-
Saat berbicara, waktu
inspirasi lebih pendek, waktu ekspirasi lebih panjang.
-
Perbandingan waktu
inspirasi dan ekspirasi waktu berbicara 1 : 3 sampai 1 : 10, kadang-kadang meningkat 1 : 30
-
Aliran udara ekspirasi
menyebabkan tepi bebas vocal folds bervibrasi.
-
Batas intensitas
impresif, kualitas nada suara (tonal
quality) dan titi nada suara manusia (pitch
of the human) adalah hasil :
a. Gerakan dari artikulasi krikoid, yang memanjang atau memendekkan ligamentum
vokalis
b. Gerakan tulang rawan aritenoid yang menyebabkan berputar dan meluncur dari
tulang rawan krikoid.
c. Membran tendineus
E. Bunyi
-
Bunyi adalah sensasi
yang timbul karena bergeraknya molekul udara secara ritmis sepanjang suara longitudinal
ke berbagai arah yang menyebar radial dari sumbernya.
-
Searset at al 1985 :
Molekul-molekul udara bergerak kedepan dan kebelakang, menimbulkan
perubahan-perubahan tekanan pada alat penerimaan gerakan dan getaran.
Getaran tersebut disebut gelombang bunyi.
-
Gelombang bunyi memilii
frekuensi yang menentukan kualitas bunyi dan amplitudo yang menentukan kuatnya
bunyi.
Hari II
Ø
Unsur-unsur
yang dikandung suara pada pokok dasar fisik suara
A. Suara adalah vibrasi yang merangsang sensasi pendengaran
-
Ada
fase kompresi dan rarefraksi dari
partikel medium dimana suara dihantarkan
-
Fase
ini digambarkan sebagai gelombang dengan sumber horizontal yang menunjukkan
waktu. Perubahan kurva diatas garis mean
menunjukkan fase kompresi.
Pergeseran dibawah garis mean menujukkan fase rarefraksi
-
Amplituda
diatas atau dibawah garis mean
menujukkan energi
B. Bising (noise),
adalah
Gelombang suara yang dihasilkan sangat ireguler
C. Intensitas suara
-
Merupakan
kekuatan fisik suara dari fase kompresi dan rarefaksi yang menyusun suara
-
Secara
kualitatif sebagai kekuatan yang diukur dalam watt/unit 1cm2 atau
sebagai tekanan dalam dpm/cm2
-
Batas
intensitas dari laring menusia adalah 0,001 mW/cm2 sewaktu berbisik
hingga 1000 mW/cm2 sewaktu berteriak.
D. Kekerasan suara (loudness)
-
Adalah
atribut psikologis yang ekuivalen dengan sifat fisik intensitas suara
-
Kekerasan
suara merupakan rasi logaritmik dari perbandingan energi suara dengan energi
suara acuan, yang digunakan sebagai nada berkekuatan 1000 Hz dalam dB.
-
Penyelidikan
dari New York City Noise Abetement
Commision yang dikutip dari buku Mekanika Panas dan Bunyi (Francis Westors Sears).
- Ambang
menyakitkan telinga 120
dB
- Memasang
paku 95 dB
- Kereta
api sebelah jalan raya 90 dB
- Lalu
lintas jalan ramai 70 dB
- Percakapan
biasa 65 dB
- Mesin
mobil 50 dB
- Suara
radio di dalam rumah 40 dB
- Bisik-bisik 20 dB
- Desah-daun-daun 10 dB
- Ambang
pendengaran 10 dB
E. Titi Nada
-
Berkaitan
dengan vibrasi yang dinyatakan dengan Cycle/detik
(Hz)
-
Suara
manusia normal : 82-1125 Hz (+ oktaf)
-
Spektrum
titi nada pendengaran dari telinga manusia dari 16-20.000 Hz.
-
Perubahan
titi nada dari nada laringeal dengan cara mengatur panjang ketegangan, bentuk,
ukuran lipatan vokal dan tekanan udara
-
Kenaikan
kenyaringan suara pada manusia selalu diiringi dengan kenaikan tingkat
frekuensi atau nada.
D. Kenneth Wilson membagi 4 tingkat kenyaringan dengan
bertambahnya frekuensi :
Shouting voice : 100 dB
(pitch rise) : 21-74 Hz
Very loud voice : 90 dB
(pitch rise) : 14-38 Hz
Raised voice : 80 dB
(pitch rise) : 13-17 Hz
Normal voice : 70 dB
(normal pitch level)
F. Efek Bernoulli
-
Azas
ini menyatakan :
-
Aliran
tetap dari cairan atau gas, tekanannya berkurang pad tempat dimana kecepatan
lebih besar
-
Dengan
kata lain :
Saat udara lewat paru-paru ke faring, kecepatan dalam
daerah glottis merupakan yang tertinggi (karena adanya penyempitan) dan
mengakibatkan tekanan paling rendah timbul pada daerah kontriksi.
-
Ekspirasi
menyebabkan tekanan subglottis meninggi sampai akhirnya pita suara terpisah,
sewaktu udara melalui glottis, akselerasi molekuler menyebabkan timbulnya efek
Bernoulli.
Ø
Perkembangan
kemampuan suara berbicara pada anak-anak
-
Perkembangan
bunyi suara merupakan suatu proses yang bertahap.
1. Vocal
reflection : menangis, dekutan (cooing), suara-suara vokal
2.
Babbling : /p, b, m, w/ + vokal
3.
Lalling
4.
Ekholalia
5.
Jargon
6. True speech
Ø
Organ-organ
untuk bersuara dan berbicara
1. Paru-paru (larings)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (larynx)
4. Pita suara (vocal cords)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid)
7. Aritenod (arythenoids)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of tongue)
11. Punggung lidah, lidah belakang, pangkal lidah
(hump, back of tongue,
dorsum)
12. Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13. Daun lidah (blade of the tongue, lamina)
14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langi lunak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. Gusi dalam, gusi belakang, lengkung kaki gigi
(alveola, alveolum)
19. Gigi atas (upper teeths, dental)
20. Gigi bawah (lower teeths, dental)
21. Bibir atas (upper lip, labia)
22. Bibir bawah (lower lip, labia)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity, mouth cavity)
25. Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity)
Ø
Fungsi
dan cara kerja organ-organ untuk bersuara
Organ
|
Fungsi
|
Bunyi
|
Keterangan
|
1. Paru-paru
|
-
Untuk bernafas
|
-
Arus udara dari paru-paru menjadi sumber terjadinya bunyi
|
-
Udara luar mengandung O2 mengalir ke paru-paru, bila tekanan
udara > tekanan dalam paru-paru
-
Udara dari paru-paru keluar bila tekanan dalam paru-paru > dari udara
di luar paru-paru sehingga CO2 keluar
- Proses pembesaran dan pengecilan paru-paru dikerjakan
oleh otot-otot paru-paru, otot-otot perut dan rongga dada
|
2. Pangkal tenggorok (larynx)
a. Tulang rawan krikoid
b. Dua tulang rawan aritenoid
c. Sepasang pita suara
:
d. Glotis
e. Epiglotis :
|
Sebagai pintu klep pengawasan arus udara antara
paru-paru dengan mulut dan hidung
Melindungi masuknya makanan/minuman ke batang tenggorok
|
-
Fonasi (menggetarnya pita suara)
-
Tak bersuara
(glotis terbuka)
-
Bersuara
(glotis
tertutup)
|
-
Adalah rongga pada ujung pipa pernafasan
-
Merupakan celah antara sepasang pita suara
|
3. Rongga kerongkongan (pharynx)
|
-
Saluran makanan + minuman
- Tabung udara yang ikut bergetar, bila pita suara
bergetar
|
-
Faring
|
-
Adalah rongga yang terletak antaar pangkal tenggorok dengan rongga mulut
dan rongga hidung
|
4. Langit-langit lunak (vekum dan uvula)
|
-
Sebagai artikulator pasif
|
-
Velor
-
Dorso velor
-
Hambatan (dari uvula)
-
Non nasal (waktu menguap)
-
Nasal
|
-
Artikulator aktifnya pangkal lidah (bunyi dorsal)
-
Langit-langit lunak beserta anak tekak terangkat keatas menutup rongga
hidung
-
Langit-langit lunak beserta anak-anak tekak menurun, sehingga udara dapat
keluar masuk melalui rongga hidung
|
5. Langit-langit keras
|
-
Sebagai artikulator pasif
|
-
Palatal
-
Apiko palatal
-
Medio palatal
|
-
Artikulator aktifnya ujung lidah (bunyi apikal)
- Artikulatornya aktifnya tengah lidah (bunyi medial)
|
6. Gusi dalam (alveolar)
|
-
Sebagai artikulator pasif
|
-
Alveolar
-
Apiko laveolar
-
Lamino laveolar
|
-
Artikulator aktifnya ujung lidah (bunyi apikal)
- Artikulatornya aktifnya daun lidah (bunyi laminal)
|
7.
Gigi (dental)
|
-
Gigi atas sebagai artikulator pasif
|
-
Dental
-
Labio dental
-
Apiko dental
|
-
Artikulator aktifnya bibir (bunyi labial)
-
Artikulatornya aktifnya ujung lidah/apikal
|
8.
Bibir
|
-
Pintu penjaga rongga mulut
-
Artikulator pasif
(bibir atas)
-
Artikulator aktif
(bibir bawah)
|
-
Labial
-
Labio dental
|
-
Artikulator pasif gigi atas
|
9.
Lidah
|
-
Sebagai alat perasa & memindahkan makanan
-
Artikulator aktif :
√
Akar lidah
√
Pangkal lidah
√
Tengah lidah
√
Ujung lidah :
|
-
Radikofaringeal
-
Dorso velar
-
Medio palatal
-
Apiko palatal
Apiko alveolar
Apiko dental
|
-
Artikulator pasif rogga kerongkongan (pharynx)
-
Artikulator pasif langit langit lunak
-
Artikulator pasif langit-langit keras
-
Artikulator pasif langit-langit keras
-
Artikulator pasif gusi
-
Artikulator pasif gigi
|
Hari III
1. Fonasi
a. Pengertian fonasi
Fonasi adalah
pembentukan suara di laring, diawali dengan mangalirnya udara ekspirasi melalui
celah glotis dan menggetarkan pita suara secara aktif
b. Proses fonasi
-
Karena
gerakan pita suara dalam arah vertikal dan longitudinal
-
Gerakan
arah vertikal bila pita suara akan membuka, dimulai menjauhnya ke 2 pita suara
bagian bagian inferior, kemudian baru diikuti superior. Bila pita suara akan
menutup, bagian inferior saling mendekati, baru diikuti bagian superior
-
Gerakan
arah longitudinal berlanjut kebagian anterior. Proses penutupan, bagian
posterior bergerak dulu saling mendekati, kemudian bagian anterior.
-
Gerakan
pita suara adduksi dan abduksi karena kontraksi otot intrinsik laring dan
perubahan tekanan aerodinamik
-
Tekanan
aerodinamik :
1. Tekanan subglotik terjadi dilaring akan meningkat pada
fonasi
2. Tekanan hukum kekebalan tenaga, kecepatan akan udara terbalik
dengan tekanannya. Penting untuk fungsi laring pada konfigurasi bentuk celah
udara.
c. Fungsi fonasi
-
Secara
fisiologis sistem pembentukan suara fenomena aerodinamik dan proses akustik
yang sangat kompleks
-
Tahap-tahap
pembentukan suara :
1). Aliran udara (airsteam/airflow) dari paru berfungsi
sebagai tenaga pengaktif suara
2). Getaran pita suara yang berfungsi sebagai generator
3). Resonansi suara dibentuk oleh perubahan ukuran, bentuk
laring dan rongga mulut. Resonansi dipengaruhi rongga hidung dan sinus parasal
4). Koordinasi dan kontrol diatur oleh SSP dan SST.
Melibatkan otot-otot laring, dada, leher, dasar mulut dan palatum
2. Artikulasi
a. Pengertian artikulasi
Adalah proses
penyesuaian rongga supra glotal, bertujuan untuk memodifikasi bunyi laringeal
jadi suara bicara
b. Proses terjadinya artikulasi
-
Nagle
dan Ladeoged menyebutkan bunyi laringeal merupakan bunyi dasar untuk berbicara,
dimodifikasi organ artikulator sehingga menghasilkan bunyi dengan berbagai
intensitas dan artikulator
-
Tanpa
bantuan organ artikulator, bunyi yang dihasilkan akan terdengar vokal
-
Organ
artikulator : velum, palatum, alveolar, mahkota gigi, dan lidah
3. Resonansi
- Pengertian resonansi :
Adalah ikut bergetarnya molekul-molekul udara
- Proses resonansi
Yaitu proses yang melengkapi pembentukan suara,
disepanjang jalur suara, udara laring dimodifikasi organ artikulator dan
mengalami amplifikasi selektif atau supresi suara dengan frekuensi tertentu
oleh resonator.
-
Resonansi
timbul saat gelombang suara dari titi nada khusus ke setiap struktur dan
bergetar
-
Dua
tipe resonator
1). Pipa resonator dari glottis sampai hidung
2). Resonator Helmholtz
-
Ruang
resonator
1). Vertibulum antara pita suara asli
2). Ruang laring sampai
3). Pangkal lidah
4). Vertibulum antara bibir dan
5). Gigi geligi
6). Rongga hidung
7). Sinus para nasalis
-
Ada 3
yang potensial
1). Rongga nasal
2). Rongga mulut
3). Rongga faring
Hari IV
Ø
Macam-macam
bunyi proses bicara :
-
Pada
fonologi
1). Vokoid
2). Kontoid
1. a. Bunyi-bunyi vokal
Adalah bunyi bahasa yang terjadi pada arus udara
ekspirasi yang tidak mengalami rintangan/sedikit
- Bahasa
Indonesia ada 6 vokal : /a, i, u, e, o, ə/
- Bunyi vokal
sesuai dengan letak lidah pada proses pembentukannya
- Format adalah
kedudukan lidah dalam rongga mulut yang berperan dalam kualitas
Vokal a : vokal belakang bawah
Vokal i : vokal depan atas
Vokal u : vokal belakang atas
Vokal e : vokal depan setengah tinggi
Vokal o : vokal belakang setengah atas
Vokal ə : vokal depan setengah bawah
e.
|
Format
|
Dipengaruhi
|
Posisi
|
|
O
I
II
III
|
Panjang pendek pita suara, ketegangan dan ketebalan
Lidah dalam sumbu
vertikal
Lidah dalam sumbu
horizontal
Lidah dan gigi
merupakan rongga resonansi
|
Tinggi dan rendah
Depan dan belakang
|
Ø
Klasifikasi
tentang penggunaan suara
Tingkat
|
Pemakai suara
|
Gangguan fonasi
|
Pengaruh Pekerjaan & Karier
|
I
II
III
IV
|
Vokal Elite
Profesional
Profesional non vokal
Non profesional non
vokal
|
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali
|
Penyanyi, aktor
profesional
Penceramah dosen,
operator telepon
Dokter, pengusaha,
resepsionis
Tidak berpengaruh :
buruh, petugas laboratorium, juru ketik
|
Ø
Disfonia
Adalah setiap kualitas perubahan suara, menyangkut, nada
maupun intensitasnya, yang diterima secara objektif dan subjektif, disebabkan
gangguan fungsional/organik, terletak disentral/perifer.
Klasifikasi Disfonia
menurut Damste :
Fungsional
|
Organik
|
Psikogenik
|
Habitual
|
Sekunder
|
Primer
|
Emosional
|
Disfonia habitual (penggunaan suara tak tepat)
|
Pita suara
iritasi
Mukosa
laringitis rekuren
|
Konginetal
selaput
|
Neurosis
|
|
|
Kista, polip infeksi : influenza, trakeobronkitis, inpeksi spesifik
|
Psikogenik
|
|
|
-
Tumor, trauma
-
Gangguan endokrin
-
Gangguan neurologis
perifer dan sentral
|
Ø
Stroke
istemik :
-
Perubahan
suara karena paralisis tipe sentral dan N.IX, X, XII
-
Klinis
: paralisis otot faring, pita suara dan otot lidah
-
Dampaknya : berpengaruh
pada organ generator suara (pita suara) dan resonansi suara (otot-otot faring
dan lidah)
Suara parau :
-
Terjadi pada setiap
keadaan yang menimbulkan gangguan dalam ketegangan, gangguan dalam pendekatan
pita suara kiri dan kanan
-
Penyebab
:
1. Radang :
a. akut, disertai gejala demam, nyeri : menelan, berbicara,
batuk, stridor
b. kronik :1). tidak spesifik : sinusitis kronis, bronkitis kronis, vocal
abuse
2). spesifik : tuberkulosa, lues
2. Tumor
a. Jinak
b. Ganas : disertai gejala batuk (kadang-kadang haemptoe), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.
3. Paralisis otot laring :
a. Gangguan saraf sentral : paralisis bulber, siringomelia, tabes dorsalis, multipe sklerosis
b. Perifer : struma pasca strumaktomi, limfadenopati koli, trauma leher, tumor
esofagus dan mediastmun, aneurisma aorta
4. Paralisis pita suara
Adalah kelainan
otot intrinsik laring :
a.
Unilateral medline paralysis
b.
Unilateral incomplete paralysis
c.
Bilateral medline paralysis
d.
Bilateral incomplete paralysis
e.
Complete paralysis
f. Adductor paralysis
g.
Thyroarytenoid muscle paralysis
h.
Cricothyroid
muscle paralysis
Ø
Penilaian
perubahan Rimaglotis, dibedakan 5 posisi pita suara :
1. posisi median :
ke 2 pita suara digaris tengah
2. posisi para median :
pembukaan pita suara + 3-5 mm
3. posisi inter median :
pembukaan pita suara + 7 mm
4. posisi abduksi ringan :
pembukaan pita suara + 14 mm
5. posisi abduksi penuh :
pembukaan pita suara + 18-19 mm
Ø
Penggolongan
paralisis motorik otot laring, menurut :
1. lokasi :
unilateral dan bilateral
2. jenis otot :
paralisis adduktor, abduktor dan tersusun
3. jumlah otot :
paralisis sempurna dan tidak sempurna
Ø
Kelainan
laring
Berupa
|
Macam
|
Gejala
|
1. Kelainan kongenital
|
|
- Stridor, tanda sumbatan jalang ingus
- Stridor, disponia, retraksia, interkontal dan subklaria
- Sumbatan di laring
- Hemaptoe
- Pneumonia, sumbatan di laring
|
2. Kelainan
didapat
|
|
- Demam, malaise, suara parau, afonia, nyeri menelan dan berbicara,
sumbatan di laring
- Suara parau menetap, rasa tersangkut di tenggorok
- Rasa kering, panas di laring, hemoptisis, nyeri
menelan, keadaan umum buruk
- Suara parau, disfagia
- Suara parau, batuk
- Suara parau, stridor, sesak napas, rasa mengganjal di
tenggorok
|
Ø
Macam-macam
pemeriksaan laring
Pemeriksaan
|
Cara
|
Manfaat
|
1. Laringeskopi
|
- Langsung
- Tidak langsung
-
Televideolaringkopi
|
- Menilai keadaan laring pada fonasi, kelainan : edenum, kista, nasal,
keganasan, parlisis pita suara
|
2. Stroboskopi
|
- Langsung
|
-
Menilai derajat
penutupan pita suara, abduksi dan adduksi pita suara, aktifitas dan amplitudo
gelombang mukosa paralisis pita suara, diagnosis dan evaluasi
|
3. Aerodinamik
|
- Waktu fonasi /a/
|
- Menilai N ; menilai δ : 20 detik s.d. 5,7
- Normal : 15 detik s.d. 4,2
- Tidak N ;δ : < 8 detik
-
Normal : < 6,4
detik
|
4. Analisis suara
|
- Subyektif : G R B A S
- Objektif, antara lain :
a. Multi Dimensional Voice Program (MDVP)
b. Multi Speech
c. Computerized Speech Laboratory (CSL)
d. Multi Dimensional Voice Problem (MDVP)
|
- Menilai :
a) derajat penyimpangan (grade of deviance)
b) serak/ (roughness)
c) tersenggol (breathyness)
d) kelemahan (astenitasi)
e) ketegangan (strain)
- Menilai derajat disfonia
1. Derajat 0 tidak ada disfonia
2. Derajat 1 disfonia ringan
3. Derajat 2 disfonia sedang
4. Derajat 3 disfonia berat
- Menilai beberapa parameter akustik :
a.
Frekuensi dasar (Fo)
b.
Kekacauan frekuensi
(fitter)
c.
Kekacauan amplitudo
(Shimmer)
d.
Pitch Pertubation
Quotient (PPQ)
e.
Smooth Pitch
Pertubation Quotient (SPPQ)
f.
Amplitudo Pertubation
Quotient (APQ)
g.
Smooth Amplitudo
Pertubation Quotient (SAPQ)
h.
VFO dan VAM
i.
Tingkat kebisingan :
HNR, VTY, SPY
j.
Derajat tremor : ATRY,
FTRY
|