Study tour @RSAB Harapan Kita Jakarta

Study tour @RSAB Harapan Kita Jakarta
unyu unyu dehh

Rabu, 22 Desember 2021

Deni Terapi Wicara Rembang

 Perkenalkan.nama saya Deni.saya seorang Terapis Wicara di kabupaten Rembang.melayani psien dengan gangguan bahasa,bicara,suara,irama kelancaran dan menelan.bisa melayani pasien pasca stroke dan gangguan keterlambatan bicara atau Speech Delayed.

Praktik di

1.RSUD dr.R.Soetrasno Rembang

  Senin - Sabtu (jam 08.00 - 13.00)

2. Perumahan Grand Royal Santoso Blok CII No 9 (harap jamjian dahulu)


Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi no whatsapp bisnis saya 

+62 896-4914-8005


Selasa, 16 Oktober 2012

Dasar dasar disfonia afonia


DASAR-DASAR DISFONIA AFONIA


Hari I

Ø  Suara
Definisi dan Pengertian
-          Suara adalah vibrasi yang merangsang sensasi pendengaran
-          Suara bergantung pada struktur-struktur dalam laring dan udara dari paru-paru yang menggetarkan pita suara
-          Setiap hasil produksi laring berupa suara disebut fonasi
-          Hasil fonasi selalu berkaitan dengan bicara, yang terbatas hanya pada bunyi-bunyi vokal saja
Ø  Perkembangan Saluran Bicara
Pengertian bicara :
-          Bicara adalah perilaku manusia yang paling rumit, ini yang membedakan manusia dari semua hewan lainnya
-          Bicara merupakan hasil dari proses pendewasaan sejak kelahiran menjadi anak-anak sampai masa remaja dan masa dewasa
Komponen-komponen saluran bicara
1.    Komponen subglottis (sistem trakeobronkhial dan sistem paru)
2.    Komponen glotis (pada tingkat pita suara)
3.    Komponen supraglotis (hipofaring, naso faring, rongga mulut dan rongga hidung)
Rongga mulut bayi berisi :
1.    Lidah :
-          Posisinya jauh lebih ke depan dibandingkan orang dewasa
-          Turun ke faring selama 4 tahun pertama setelah kelahiran
-          Pada tahap-tahap awal biasanya besar dan pendek
2.    Langit-langit keras : pendek, besar dan melengkung
3.    Laring :
Lebih kecil karena memiliki isthmus
-          Lipatan suara panjang + 3 mm, bersifat setengah selaput dan setengah tulang rawan








Ø  Anatomi Saluran Bicara
A.    Laring :
-          Laring berbentuk limas segitiga terpancung, bagian atas lebih besar
-          Laring terletak setinggi veterbra servikal III sampai VI
-          Batas atas laring adalah epiglottis dan plika ariepiglottika.
Batas bawah cincin trakea
-          Panjang dari atas ke bawah pada orang dewasa kira-kira 4,1 - 4,4 cm, lebar 3,3 - 4,3 cm dan panjang diameter antroposterior 2,5 - 3,3 cm
-          Bagian yang menyangga laring terdiri dari :
1.    Tulang hyoid
2.    Tulang-tulang rawan : kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago epiglotika, kartilago kornikulata, dan kartilago kuneiformis.
3.    Otot-otot :
a.    Otot-otot intrinsik
        Adalah otot-otot yang berperan antara membuka dan menutup rima glotis, dan mengatur panjang, pendek serta ketegangan pita suara.
        Masing-masing otot perpasangan kanan dan kiri, kecuali m.interaritenoid
        Bersifat aduktor    :  m.krikoaritenoid lateral, m.tiroaritenoid, m.tiroepiglotika, m.intraaritenoid
        Bersifat abduktor :  m.krikoaritenoid posterior
b.    Otot-otot ekstrinsik
        Yaitu otot-otot yang menyangga laring dan menarik laring ke atas dan ke bawah saat menelan dan inspirasi
        Otot-otot yang menyangga laring ke tulang hioid dan menariknya keatas saat menelan adalah : m.stilohioid, m.geniohioid, m.milohioid, dan m.digastrikus
        Otot-otot yang menarik laring ke bawah saat inspirasi adalah : m.omohioid, m.sternotiroid, dan m.tirohioid
4.    Persarafan : n.laringis superior dan n.laringis inferior
B.    Fungsi laring selain produksi suara (fonasi) menurut Jackson yang dikutip oleh L.K. Boies, adalah :
1).   Protective function                              (fungsi proteksi)
2).   Respiratory function                           (fungsi pernafasan)
3).   Fixative function                                  (fungsi pelekatan)
4).   Deglutitory function                             (fungsi menelan)
5).   Circulatory function                             (fungsi peredaran)
6).   Tussive function                                 (fungsi penyebab)
7).   Expectonative function                       (fungsi pengeluaran)
8).   Emotional function                              (fungsi emosi)
C.   Tabel otot-otot intrinsik dan ekstrinsik laring
Tabel 1 : Intrinsic Muscles of the Larynx
Muscle
Origin
Insertion
Action
Nerve
Cricothyroid
Anterior and lateral surfaces of arch of cricoid cartilage
Caudal border of the thyroid cartilage; anterior surface of lower cornu of thyroid cartilage
Draws thyroid down and forward; el evates cricoid arch; lengthens, tenses, vocal folds
Cranial X (Superior laryngeal nerve)
Cricoarytenoids



Lateral
Superior borders of cricoid cartilage
Anterior surface of muscular process
Draws arytenoids forward; aids in rotating arytenoids; tenses and adducts vocal folds
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
Posterior
Posterior borders of cricoid cartilage
Muscular process of arytenoid cartilage

Rotates arytenoid, abduciting vocal processes
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
Interarytenoid




Transverse
Posterior surface of aritenoid cartilage
Posterior surface of opposite arytenoid

Draws together arythenoid cartilages; adducts vocals folds
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
Oblique
Base of one arythenoid cartilage at muscular process
Apex of the opposite arythenoid
Draws arythenoid cartilages together
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
Thyro-arythenoid
Internal and inferior surface of the angle of the thyroid cartilage
Vocal process and anterior lateral surface  of the base of the arythenoid cartilages
Draws arythenoids forward; shortens and relaxes vocal folds
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)
Vocalis (consisting of the deep fibers of thyroarythenoid
Inferior surface oh the angle of thyroid cartilage
Vocal process of the arythenoid cartilage and vocal ligament
Differentially tenses vocal folds
Cranial X (Inferior laryngeal nerve)







Tabel 2 : Extrinsic Muscles of the Larynx
Muscle
Origin
Insertion
Action
Nerve
Suprahyoid Muscles :



Stylohyoid
Styloid process of the temporal bone
Body of the hyoid bone
Elevates and drwas hyoid bone backward
Cranial VII
Digastric
Anterior belly arises from internal aspect of mandible close of midline; posterior belly arises on medial side of mastoid process of temporal bone
Intermediate tendon and the hyoid bone
Elevates hyoid; depresses mandible
Cranial V (Anterior belly)
Cranial VII (Posterior belly)
Mylohyoid
Mylohyoid ridge of the mandible
Hyoid bone and median raphe
Raises and projects hyoid bone and tongue
Cranial V
Geniohyoid
Internal surface of mandible at the inferior mental spine
Anterior surface of the hyoid bone
Draws tongue and hyoid bone forward
Cranial XII
Infrahyoid Muscles :



Sternohyoid
Medial extrmity of the clavicle; superior and posterior portion of the sternum; sternoclavicular ligament
Body of the hyoid bone inferior surface
Depresses hyoid bone
Cranial XII
Sternothyroid
Superior and posterior portion of sternum and first costal cartilage
Oblique line of thyroid cartilage
Depresses thyroid cartilage
Cranial XII
Thyrohyoid
Oblique line of the thyroid cartilage
Body and greater cornu of hyoid bone
Dpresses hyoid bone or elevates larynx
Cranial XII
Omohyoid
Superior margin of scapula
Inferior border of the body of the hyoid bone
Depresses and retracts hyoid bone
Cranial XII




D.   Lidah
-          Lidah penting untuk produksi vokal, sebagai alat bicara utama, alat perasa dan alat menelan
-          Dipersarafi oleh saraf ke XII
-          Otot-otot lidah :
1.    Otot-otot ekstrinsik, berfungsi atas gerakan di dalam rongga mulut :
a.    Otot stiglosus
b.    Otot genioglosus
c.    Otot hioglosus
2.    Otot-otot intrinsik, yang memberi bentuk lidah :
a.    Otot vertikal
Origo         : permukaan lidah dekat sisi ujung
Insersio      : permukaan bawah lidah
Fungsi       : melebarkan dan mendatarkan ujung lidah
b.    Otot transversal
Origo         : bagian tengah septum lidah
Insersio      : sisi mukosa lidah
Fungsi       :  memperpanjang, memendek, mempertebal lidah dan mengangkat kedua sisinya
c.    Otot longitudinal superior
Origo         : septum lidah pada submukosa dekat epiglotis
Insersio      : sisi lidah
Fungsi       :  memperlebar, mempertebal, memperpendek lidah, dan menaikan ujung lidah, lidah dan membentuk bagian dosum menjadi konkaf
d.    Otot longitudinal inferior
Origo         : tulang hyoid dan permukaan inferior dasar lidah
Insersio      : bagian apex lidah
Fungsi       :  melebarkan, memendekkan dan memberi bentuk konkaf dan mendepresi ujung lidah









Ø  Fisiologi Proses Wicara
1.    Suara manusia bersumber dari interaksi antara otot paru-paru, diafragma, pernafasan, laring, tenggorokan, otot leher, bibir, rongga hidung, langit-langit.
-          Fungsi utama dari komponen glotik dan supraglotik : pernafasan, fonasi, artikulasi, dan menelan. Komponen infraglotis sebagai sistem pernafasan
-          Proses bicara merupakan serangkaian bunyi oral yang disusun sehingga membentuk arti, melibatkan pendengaran dan pembicara.
-          Lapoliwa 1988, Marsono 1988, Hendarmin H, 1994 :
Terjadinya bicara diawali dengan mengalirnya udara ekspirasi melalui celah antara pita suara dan menggetarkannya, kemudian dengan proses resonansi dan artikulasi, terbentuklah berbagai simbol suara.
-          Ladefoged 1982, Lapoliwa 1988, Fletcher 1992, Alwi 1993 : Simbol suara menghasilkan kata-kata yang mempunyai pengertian tertentu.
-          Proses bicara merupakan fenomena fisiologis yang komplek, merupakan hasil berbagai organ tubuh.
2.    Sistem Pernafasan
-          Terdiri paru kiri, paru kanan, trakhea dan saluran bronkhia.
-          Inspirasi : rongga dada dan jaringan paru membesar, sehingga tekanan dalam paru lebih rendah dari tekanan udara luar.
-          Ekspirasi : rongga dada menyempit dan jaringan paru mengempes, sehingga udara dalam paru lebih besar dari tekanan luar.
-          Normal : frekuensi pernapasan 10-20 kali per menit, dengan waktu inspirasi : ekspirasi 1 : 1.
-          Saat berbicara, waktu inspirasi lebih pendek, waktu ekspirasi lebih panjang.
-          Perbandingan waktu inspirasi dan ekspirasi waktu berbicara 1 : 3 sampai  1 : 10, kadang-kadang meningkat 1 : 30
-          Aliran udara ekspirasi menyebabkan tepi bebas vocal folds bervibrasi.
-          Batas intensitas impresif, kualitas nada suara (tonal quality) dan titi nada suara manusia (pitch of the human) adalah hasil :
a.     Gerakan dari artikulasi krikoid, yang memanjang atau memendekkan ligamentum vokalis
b.     Gerakan tulang rawan aritenoid yang menyebabkan berputar dan meluncur dari tulang rawan krikoid.
c.     Membran tendineus

E.    Bunyi
-          Bunyi adalah sensasi yang timbul karena bergeraknya molekul udara secara ritmis sepanjang suara longitudinal ke berbagai arah yang menyebar radial dari sumbernya.
-          Searset at al 1985 : Molekul-molekul udara bergerak kedepan dan kebelakang, menimbulkan perubahan-perubahan tekanan pada alat penerimaan gerakan dan getaran.
Getaran tersebut disebut gelombang bunyi.
-          Gelombang bunyi memilii frekuensi yang menentukan kualitas bunyi dan amplitudo yang menentukan kuatnya bunyi.





Hari II
Ø  Unsur-unsur yang dikandung suara pada pokok dasar fisik suara
A.    Suara adalah vibrasi yang merangsang sensasi pendengaran
-          Ada fase kompresi  dan rarefraksi dari partikel medium dimana suara dihantarkan
-          Fase ini digambarkan sebagai gelombang dengan sumber horizontal yang menunjukkan waktu. Perubahan kurva diatas garis mean menunjukkan fase kompresi.
Pergeseran dibawah garis mean menujukkan fase rarefraksi
-          Amplituda diatas atau dibawah garis mean menujukkan energi
B.    Bising (noise), adalah
      Gelombang suara yang dihasilkan sangat ireguler
C.   Intensitas suara
-          Merupakan kekuatan fisik suara dari fase kompresi dan rarefaksi yang menyusun suara
-          Secara kualitatif sebagai kekuatan yang diukur dalam watt/unit 1cm2 atau sebagai tekanan dalam dpm/cm2
-          Batas intensitas dari laring menusia adalah 0,001 mW/cm2 sewaktu berbisik hingga 1000 mW/cm2 sewaktu berteriak.
D.   Kekerasan suara (loudness)
-          Adalah atribut psikologis yang ekuivalen dengan sifat fisik intensitas suara
-          Kekerasan suara merupakan rasi logaritmik dari perbandingan energi suara dengan energi suara acuan, yang digunakan sebagai nada berkekuatan 1000 Hz dalam dB.
-          Penyelidikan dari New York City Noise Abetement Commision yang dikutip dari buku Mekanika Panas dan Bunyi (Francis Westors Sears).
    1. Ambang menyakitkan telinga                         120 dB
    2. Memasang paku                                               95 dB
    3. Kereta api sebelah jalan raya                           90 dB
    4. Lalu lintas jalan ramai                                       70 dB
    5. Percakapan biasa                                             65 dB
    6. Mesin mobil                                                       50 dB
    7. Suara radio di dalam rumah                             40 dB
    8. Bisik-bisik                                                          20 dB
    9. Desah-daun-daun                                             10 dB
    10. Ambang pendengaran                                      10 dB





E.    Titi Nada
-          Berkaitan dengan vibrasi yang dinyatakan dengan Cycle/detik (Hz)
-          Suara manusia normal : 82-1125 Hz (+ oktaf)
-          Spektrum titi nada pendengaran dari telinga manusia dari 16-20.000 Hz.
-          Perubahan titi nada dari nada laringeal dengan cara mengatur panjang ketegangan, bentuk, ukuran lipatan vokal dan tekanan udara
-          Kenaikan kenyaringan suara pada manusia selalu diiringi dengan kenaikan tingkat frekuensi atau nada.
D. Kenneth Wilson membagi 4 tingkat kenyaringan dengan bertambahnya frekuensi :
Shouting voice      : 100 dB
(pitch rise)             : 21-74 Hz
Very loud voice     :   90 dB
(pitch rise)             : 14-38 Hz
Raised voice         :   80 dB
(pitch rise)             : 13-17 Hz
Normal voice         :   70 dB
(normal pitch level)

F.    Efek Bernoulli
-          Azas ini menyatakan :
-          Aliran tetap dari cairan atau gas, tekanannya berkurang pad tempat dimana kecepatan lebih besar
-          Dengan kata lain :
Saat udara lewat paru-paru ke faring, kecepatan dalam daerah glottis merupakan yang tertinggi (karena adanya penyempitan) dan mengakibatkan tekanan paling rendah timbul pada daerah kontriksi.
-          Ekspirasi menyebabkan tekanan subglottis meninggi sampai akhirnya pita suara terpisah, sewaktu udara melalui glottis, akselerasi molekuler menyebabkan timbulnya efek Bernoulli.










Ø  Perkembangan kemampuan suara berbicara pada anak-anak
-          Perkembangan bunyi suara merupakan suatu proses yang bertahap.
1.    Vocal reflection : menangis, dekutan (cooing), suara-suara vokal
2.    Babbling : /p, b, m, w/ + vokal
3.    Lalling
4.    Ekholalia
5.    Jargon
6.    True speech

Ø  Organ-organ untuk bersuara dan berbicara
1.    Paru-paru (larings)
2.    Batang tenggorok (trachea)
3.    Pangkal tenggorok (larynx)
4.    Pita suara (vocal cords)
5.    Krikoid (cricoid)
6.    Tiroid (thyroid)
7.    Aritenod (arythenoids)
8.    Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9.    Epiglotis (epiglottis)
10.  Akar lidah (root of tongue)
11.  Punggung lidah, lidah belakang, pangkal lidah
(hump, back of tongue, dorsum)
12.  Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13.  Daun lidah (blade of the tongue, lamina)
14.  Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15.  Anak tekak (uvula)
16.  Langit-langi lunak (soft palate, velum)
17.  Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18.  Gusi dalam, gusi belakang, lengkung kaki gigi
(alveola, alveolum)
19.  Gigi atas (upper teeths, dental)
20.  Gigi bawah (lower teeths, dental)
21.  Bibir atas (upper lip, labia)
22.  Bibir bawah (lower lip, labia)
23.  Mulut (mouth)
24.  Rongga mulut (oral cavity, mouth cavity)
25.  Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity)





Ø  Fungsi dan cara kerja organ-organ untuk bersuara
Organ
Fungsi
Bunyi
Keterangan
1.    Paru-paru

-    Untuk bernafas
-    Arus udara dari paru-paru menjadi sumber terjadinya bunyi
-    Udara luar mengandung O2 mengalir ke paru-paru, bila tekanan udara > tekanan dalam paru-paru
-    Udara dari paru-paru keluar bila tekanan dalam paru-paru > dari udara di luar paru-paru sehingga CO2 keluar
-    Proses pembesaran dan pengecilan paru-paru dikerjakan oleh otot-otot paru-paru, otot-otot perut dan rongga dada
2.    Pangkal tenggorok (larynx)
a.    Tulang rawan krikoid
b.    Dua tulang rawan aritenoid
c.    Sepasang pita  suara :




d.    Glotis



e.    Epiglotis :








Sebagai pintu klep pengawasan arus udara antara paru-paru dengan mulut dan hidung




Melindungi masuknya makanan/minuman ke batang tenggorok








-    Fonasi (menggetarnya   pita suara)


-    Tak bersuara
   (glotis terbuka)
-    Bersuara
   (glotis tertutup)
-    Adalah rongga pada ujung pipa pernafasan











-    Merupakan celah antara sepasang pita suara
3.    Rongga kerongkongan (pharynx)
-    Saluran makanan + minuman
-    Tabung udara yang ikut bergetar, bila pita suara bergetar
-    Faring
-    Adalah rongga yang terletak antaar pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung
4.    Langit-langit lunak (vekum dan uvula)
-    Sebagai artikulator pasif
-    Velor
-    Dorso velor

-    Hambatan          (dari uvula)
-    Non nasal           (waktu menguap)
-    Nasal

-    Artikulator aktifnya pangkal lidah (bunyi dorsal)


-    Langit-langit lunak beserta anak tekak terangkat keatas menutup rongga hidung
-    Langit-langit lunak beserta anak-anak tekak menurun, sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung
5.    Langit-langit keras
-    Sebagai artikulator pasif
-    Palatal
-    Apiko palatal

-    Medio palatal

-    Artikulator aktifnya ujung lidah (bunyi apikal)
-    Artikulatornya aktifnya tengah lidah (bunyi medial)
6.    Gusi dalam (alveolar)
-    Sebagai artikulator pasif
-    Alveolar
-    Apiko laveolar

-    Lamino laveolar

-    Artikulator aktifnya ujung lidah (bunyi apikal)
-    Artikulatornya aktifnya daun lidah (bunyi laminal)
7.    Gigi (dental)
-    Gigi atas sebagai artikulator pasif
-    Dental
-    Labio dental

-    Apiko dental

-    Artikulator aktifnya bibir (bunyi labial)
-    Artikulatornya aktifnya ujung lidah/apikal
8.    Bibir
-    Pintu penjaga rongga mulut
-    Artikulator pasif    
   (bibir atas)
-    Artikulator aktif
   (bibir bawah)





-    Labial
-    Labio dental






-    Artikulator pasif gigi atas
9.    Lidah
-    Sebagai alat perasa & memindahkan makanan
-    Artikulator aktif :
  Akar lidah

  Pangkal lidah

  Tengah lidah

  Ujung lidah :





-    Radikofaringeal

-    Dorso velar

-    Medio palatal

-    Apiko palatal

Apiko alveolar
Apiko dental





-    Artikulator pasif rogga kerongkongan (pharynx)
-    Artikulator pasif langit langit lunak
-    Artikulator pasif langit-langit keras
-    Artikulator pasif langit-langit keras
-    Artikulator pasif gusi
-    Artikulator pasif gigi








Hari III
1.    Fonasi
a.    Pengertian fonasi
Fonasi adalah pembentukan suara di laring, diawali dengan mangalirnya udara ekspirasi melalui celah glotis dan menggetarkan pita suara secara aktif
b.    Proses fonasi
-          Karena gerakan pita suara dalam arah vertikal dan longitudinal
-          Gerakan arah vertikal bila pita suara akan membuka, dimulai menjauhnya ke 2 pita suara bagian bagian inferior, kemudian baru diikuti superior. Bila pita suara akan menutup, bagian inferior saling mendekati, baru diikuti bagian superior
-          Gerakan arah longitudinal berlanjut kebagian anterior. Proses penutupan, bagian posterior bergerak dulu saling mendekati, kemudian bagian anterior.
-          Gerakan pita suara adduksi dan abduksi karena kontraksi otot intrinsik laring dan perubahan tekanan aerodinamik
-          Tekanan aerodinamik :
1.    Tekanan subglotik terjadi dilaring akan meningkat pada fonasi
2.    Tekanan hukum kekebalan tenaga, kecepatan akan udara terbalik dengan tekanannya. Penting untuk fungsi laring pada konfigurasi bentuk celah udara.
c.    Fungsi fonasi
-          Secara fisiologis sistem pembentukan suara fenomena aerodinamik dan proses akustik yang sangat kompleks
-          Tahap-tahap pembentukan suara :
1).   Aliran udara (airsteam/airflow) dari paru berfungsi sebagai tenaga pengaktif suara
2).   Getaran pita suara yang berfungsi sebagai generator
3).   Resonansi suara dibentuk oleh perubahan ukuran, bentuk laring dan rongga mulut. Resonansi dipengaruhi rongga hidung dan sinus parasal
4).   Koordinasi dan kontrol diatur oleh SSP dan SST. Melibatkan otot-otot laring, dada, leher, dasar mulut dan palatum
2.    Artikulasi
a.    Pengertian artikulasi
Adalah proses penyesuaian rongga supra glotal, bertujuan untuk memodifikasi bunyi laringeal jadi suara bicara
b.    Proses terjadinya artikulasi
-          Nagle dan Ladeoged menyebutkan bunyi laringeal merupakan bunyi dasar untuk berbicara, dimodifikasi organ artikulator sehingga menghasilkan bunyi dengan berbagai intensitas dan artikulator
-          Tanpa bantuan organ artikulator, bunyi yang dihasilkan akan terdengar vokal
-          Organ artikulator : velum, palatum, alveolar, mahkota gigi, dan lidah
3.    Resonansi
  1. Pengertian resonansi :
Adalah ikut bergetarnya molekul-molekul udara
  1. Proses resonansi
Yaitu proses yang melengkapi pembentukan suara, disepanjang jalur suara, udara laring dimodifikasi organ artikulator dan mengalami amplifikasi selektif atau supresi suara dengan frekuensi tertentu oleh resonator.
-          Resonansi timbul saat gelombang suara dari titi nada khusus ke setiap struktur dan bergetar
-          Dua tipe resonator
1).   Pipa resonator dari glottis sampai hidung
2).   Resonator Helmholtz
-          Ruang resonator
1).   Vertibulum antara pita suara asli
2).   Ruang laring sampai
3).   Pangkal lidah
4).   Vertibulum antara bibir dan
5).   Gigi geligi
6).   Rongga hidung
7).   Sinus para nasalis
-          Ada 3 yang potensial
1).   Rongga nasal
2).   Rongga mulut
3).   Rongga faring














Hari IV
Ø  Macam-macam bunyi proses bicara :
-          Pada fonologi
1).   Vokoid
2).   Kontoid
1.   a.   Bunyi-bunyi vokal
Adalah bunyi bahasa yang terjadi pada arus udara ekspirasi yang tidak mengalami rintangan/sedikit
  1. Bahasa Indonesia ada 6 vokal : /a, i, u, e, o, ə/
  2. Bunyi vokal sesuai dengan letak lidah pada proses pembentukannya
  3. Format adalah kedudukan lidah dalam rongga mulut yang berperan dalam kualitas
Vokal a      : vokal belakang bawah
Vokal i       : vokal depan atas
Vokal u      : vokal belakang atas
Vokal e      : vokal depan setengah tinggi
Vokal o      : vokal belakang setengah atas
Vokal ə      : vokal depan setengah bawah
e.             
Format
Dipengaruhi
Posisi

O

I
II
III
Panjang pendek pita suara, ketegangan dan ketebalan
Lidah dalam sumbu vertikal
Lidah dalam sumbu horizontal
Lidah dan gigi merupakan rongga resonansi


Tinggi dan rendah
Depan dan belakang

Ø  Klasifikasi tentang penggunaan suara
Tingkat
Pemakai suara
Gangguan fonasi
Pengaruh Pekerjaan & Karier
I
II
III
IV
Vokal Elite
Profesional
Profesional non vokal
Non profesional non vokal
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali
Penyanyi, aktor profesional
Penceramah dosen, operator telepon
Dokter, pengusaha, resepsionis
Tidak berpengaruh : buruh, petugas laboratorium, juru ketik

Ø  Disfonia
Adalah setiap kualitas perubahan suara, menyangkut, nada maupun intensitasnya, yang diterima secara objektif dan subjektif, disebabkan gangguan fungsional/organik, terletak disentral/perifer.



Klasifikasi Disfonia menurut Damste :
Fungsional
Organik
Psikogenik
Habitual
Sekunder
Primer
Emosional

Disfonia habitual (penggunaan suara tak tepat)
Pita suara iritasi
Mukosa laringitis rekuren
Konginetal selaput
Neurosis



Kista, polip infeksi : influenza, trakeobronkitis, inpeksi spesifik
Psikogenik


-          Tumor, trauma
-          Gangguan endokrin
-          Gangguan neurologis perifer dan sentral
Ø  Stroke istemik :
-          Perubahan suara karena paralisis tipe sentral dan N.IX, X, XII
-          Klinis : paralisis otot faring, pita suara dan otot lidah
-          Dampaknya : berpengaruh pada organ generator suara (pita suara) dan resonansi suara (otot-otot faring dan lidah)
Suara parau :
-          Terjadi pada setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam ketegangan, gangguan dalam pendekatan pita suara kiri dan kanan
-          Penyebab :
1.    Radang :
a.    akut, disertai gejala demam, nyeri : menelan, berbicara, batuk, stridor
b.    kronik :1). tidak spesifik : sinusitis kronis, bronkitis kronis, vocal abuse
                              2). spesifik : tuberkulosa, lues
2.    Tumor
a.    Jinak
b.    Ganas : disertai gejala batuk (kadang-kadang haemptoe), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.
3.    Paralisis otot laring :
a.    Gangguan saraf sentral : paralisis bulber, siringomelia, tabes dorsalis, multipe sklerosis
b.    Perifer : struma pasca strumaktomi, limfadenopati koli, trauma leher, tumor esofagus dan mediastmun, aneurisma aorta
4.    Paralisis pita suara
Adalah kelainan otot intrinsik laring :
a.    Unilateral medline paralysis
b.    Unilateral incomplete paralysis
c.    Bilateral medline paralysis
d.    Bilateral incomplete paralysis
e.    Complete paralysis
f.     Adductor paralysis
g.    Thyroarytenoid muscle paralysis
h.    Cricothyroid muscle paralysis
Ø  Penilaian perubahan Rimaglotis, dibedakan 5 posisi pita suara :
1.    posisi median                    : ke 2 pita suara digaris tengah
2.    posisi para median            : pembukaan pita suara + 3-5 mm
3.    posisi inter median            : pembukaan pita suara + 7 mm
4.    posisi abduksi ringan         : pembukaan pita suara + 14 mm
5.    posisi abduksi penuh         : pembukaan pita suara + 18-19 mm

Ø  Penggolongan paralisis motorik otot laring, menurut :
1.    lokasi               : unilateral dan bilateral
2.    jenis otot          : paralisis adduktor, abduktor dan tersusun
3.    jumlah otot      : paralisis sempurna dan tidak sempurna

Ø  Kelainan laring
Berupa
Macam
Gejala
1.  Kelainan kongenital



-    Stridor, tanda sumbatan jalang ingus
-    Stridor, disponia, retraksia, interkontal dan subklaria
-    Sumbatan di laring
-    Hemaptoe
-    Pneumonia, sumbatan di laring
2.  Kelainan didapat




-    Demam, malaise, suara parau, afonia, nyeri menelan dan berbicara, sumbatan di laring
-    Suara parau menetap, rasa tersangkut di tenggorok
-    Rasa kering, panas di laring, hemoptisis, nyeri menelan, keadaan umum buruk
-    Suara parau, disfagia
-    Suara parau, batuk
-    Suara parau, stridor, sesak napas, rasa mengganjal di tenggorok










Ø  Macam-macam pemeriksaan laring
Pemeriksaan
Cara
Manfaat
1.   Laringeskopi
-    Langsung
-    Tidak langsung
-    Televideolaringkopi
-    Menilai keadaan laring pada fonasi, kelainan : edenum, kista, nasal, keganasan, parlisis pita suara
2.   Stroboskopi
-    Langsung
-    Menilai derajat penutupan pita suara, abduksi dan adduksi pita suara, aktifitas dan amplitudo gelombang mukosa paralisis pita suara, diagnosis dan evaluasi
3.   Aerodinamik
-    Waktu fonasi /a/
-    Menilai N ; menilai δ : 20 detik s.d. 5,7
-    Normal : 15 detik s.d. 4,2
-    Tidak N ;δ : < 8 detik
-    Normal : < 6,4 detik
4.   Analisis suara
-    Subyektif : G R B A S




















-    Objektif, antara lain :
a.   Multi Dimensional Voice Program (MDVP)
b.   Multi Speech
c.   Computerized Speech Laboratory (CSL)
d.   Multi Dimensional Voice Problem (MDVP)
-    Menilai :
a)   derajat penyimpangan (grade of deviance)
b)   serak/  (roughness)
c)   tersenggol (breathyness)
d)   kelemahan (astenitasi)
e)   ketegangan (strain)
-    Menilai derajat disfonia
1.    Derajat 0 tidak ada disfonia
2.    Derajat 1 disfonia ringan
3.    Derajat 2 disfonia sedang
4.    Derajat 3 disfonia berat
-    Menilai beberapa parameter akustik :
a.   Frekuensi dasar (Fo)
b.   Kekacauan frekuensi (fitter)
c.   Kekacauan amplitudo (Shimmer)
d.   Pitch Pertubation Quotient (PPQ)
e.   Smooth Pitch Pertubation Quotient (SPPQ)
f.    Amplitudo Pertubation Quotient (APQ)
g.   Smooth Amplitudo Pertubation Quotient (SAPQ)
h.   VFO dan VAM
i.    Tingkat kebisingan : HNR, VTY, SPY
j.    Derajat tremor : ATRY, FTRY